Kamis, 06 Juli 2017

MATERI ENGLISH GRADE 7



PROGRAM KERJA
GERAKAN LTERASI SEKOLAH
SMPN 2 WONOAYU

(PERIODE 1 Januari s/d 31 Desember 2016  )


OLEH
LILIK MASRUKHAH.M.Pd
NIP.19730424 2008012011
SMPN2 WONOAYU
KEC.WONOAYU



DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KAB. SIDOARJO
SMP N 2 WONOAYU
JL.Ry.Becirongengor no 1 -wonoayu
2016



SURAT REKOMENDASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama                           : D rs.H.Suwarno, M.M
NIP                             : 19600208 198403 1 004
Pagkat/gol                   : PEMBINA Tk. I/IV-a
Jabatan                                    : KEPALA SMP NEGERI 2 WONOAYU

Memberikan rekomendasi kepada:                    

Nama                           : LILIK MASRUKHAH, M.Pd.
NIP                             : 19730424 200801 2 011
Pagkat/gol                   : PENATA  /III-c
Unit Kerja                   : SMP NEGERI 2 WONOAYU
NUPTK                       : 6334 7516 5230 0023

              Bahawa penulisan buku pedoman guru  ini Sebagai Karya Gagasan Ilmiah Guru.Sebagai Rencana Kerja GLS (Gerakan Literasi sekolah ).              
 Demikian Surat Rekomendasi ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.


                                                                                                Wonoayu, 02 Januari 2016
        Kepala SMP Negeri 2 Wonoayu                                    



Drs.H.Suwarno, M.M
NIP 19600208 198403 1 004





                                KATA PENGANTAR


              Puji syukur Alhamdulillah ,saya panjatkan kehadiran Allah SWT yang dengan pertolongannya kami dapat menyelesaikan konsep proposal kegiatan ini. Yang dimana kami bermaksud mengadakan acara Sharing Gerakan Literasi Sekolahdi SMPN 2 WONOAYU .Sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan literasi dalam satu tahun kedepan.
             Semoga  program kerja Literasi yang cukup singkat ini mampu memberikan arah dan petunjuk pelaksanaan Literasi baik bagi wali kelas,bagi Guru serta peserta didik pada kususnya dan warga sekolah pada umumnya.
             NO one is perfect maka saran kritik dan perbaikan dari penyusuan program literasi ini sangat penulis harapkan









                                                                                       Wonoayu ,2 Januari 2016
                                                                                      





                                                                                      Penulis






                                                                      BAB I
                                                               PENDAHULUAN


 1.1.LATAR BELAKANG

                       Membaca bagi sebagian masyarakat sudah menjadi budaya. Bahkan sebagian kecil masyarakat membaca merupakan kebutuhan. Jenis bacaanpun beragam mulai dari buku pelajaran dan buku fiksi seperti novel dan dongeng. Dan untuk zaman digital sekarang ini masyarakat sudah sangat dimudahkan dengan kecanggihan teknologi karna dapat membaca buku melalui e-book yang disediakan oleh smartphone dengan cara mengunduh baik yang gratis maupun berbayar.Walaupun media untuk membaca sekarang ini sudah sangat beragam namun jika masyarakat dari usia terkecil seperti siswa SD tidak ditanamkan untuk gemar membaca maka kebiasaan membacapun dapat hilang dengan sendirinya. Sebagai negara yang konsen mengenai pendidikan anak negerinya melalui Dinas dan diteruskan ke sekolah-sekolah, pemerintah menggalakan program “ Gerakan Literasi Sekolah” untuk menumbuhkan minat kembang baca siswa-siswinya yang melalui guru-gurunya. SDIT Akmala yang juga konsen mengenai minat kembang membaca bermaksud mengadakan Workshop “ Gerakan Literasi Sekolah” kepada jajaran guru-guru agar bisa menumbuhkan minat baca siswa-siswinya
1.2.TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan “Gerakan Literasi Sekolah” adalah :
1. Menumbuhkan minat baca siswa
2. Meningkatkan kualitas pengetahuan siswa melalui sumber bacaan
3. Memupuk kedisiplinan kreativitas dan prestasi dari buku yang dibaca
4. Membangun sikap menghargai karya melalui buku bacaan
5. Menambah pengalaman, kecakapan dan keterampilan yang berguna bagi diri sendiri
    dan lingkungan sekitar.
6. Teknik membaca
7. Teknik menulis review
8. Teknik persentasi diskusi
9. Program literasi skolah
10. Pemanfaatan perpustakaan
1.3 Mengapa Perlu Literasi DI Indonesis
*      2012: posisi ke-64 dari 65 negara peserta PISA.
*      2016: posisi ke-60 dari 61 negara, satu tingkat di atas Botswana.
*      Ayip Rosidi, 2006:
*      Anak-anak Indonesia membaca 27 halaman buku per tahun atau 1 halaman 15 hari.Taufik Ismail, 2006:
*      Sejak Indonesia merdeka tidak ada 1 pun buku sastra yang wajib dibaca di sekolah. Telah terjadi Tragedi Nol Buku di Indonesia
*      Ahmad Baedowi meneliti para wisudawan, terungkap bahwa para mahasiswa pada saat menjalani pendidikan di perguruan tinggi rata-rata hanya mampu menamatkan buku satu sampai dua judul saja (Republika, 7 April 2014)
*      Abdul Mu’ti, mengakui sikap malas membaca buku bukan hanya di tingkat kalangan mahasiswa tingkat sarjana (S1), tapi juga pada kelompok mahasiswa pascasarjana (S2). (Media Indonesia, 15 Januari 2011).
1.4.Manfaat
                    Literasi merupakan keterampilan penting dalam hidup. Sebagian besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta didik memengaruhi tingkat keberhasilannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
                  Hal yang paling mendasar dalam praktik literasi adalah kegiatan membaca. Keterampilan membaca merupakan fondasi untuk mempelajari berbagai hal lainnya. Kemampuan ini penting bagi pertumbuhan intelektual peserta didik. Melalui membaca peserta didik dapat menyerap pengetahuan dan mengeksplorasi dunia yang bermanfaat bagi kehidupannya.
Membaca memberikan pengaruh budaya yang amat kuat terhadap perkembangan literasi peserta didik. Sayangnya, sampai saat ini prestasi literasi membaca peserta didik di Indonesia masih rendah, berada di bawah rata-rata skor internasional. Dari laporkan hasil studi yang dilakukan Central Connecticut State University di New Britain, diperoleh informasi bahwa kemampuan literasi Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei (Jakarta Post, 2016).

Rendahnya literasi membaca tersebut akan berpengaruh pada daya saing bangsa dalam persaingan global. Kemampuan literasi sangat penting untuk keberhasilan individu dan negara dalam tataran ekonomi berbasis pengetahuan di percaturan global pada masa depan (Miller, 2016). Hal ini memberikan penguatan bahwa kurikulum wajib baca penting untuk diterapkan dalam pendidikan di Indonesia. Manual ini diharapkan dapat memberikan fondasi dan arahan bagi SMP dalam menerapkan kurikulum wajib baca. Tidak tertutup kemungkinan contoh-contoh yang tersaji di sini dapat dikembangkan lagi sehingga SMP menjadi semakin kreatif dan novatif.
            Tujuan kurikulum wajib baca adalah sebagai berikut: a) membentuk budi pekerti luhur; b) mengembangkan rasa cinta membaca; c) merangsang tumbuhnya kegiatan membaca di luar sekolah; d) menambah pengetahuan dan pengalaman; e) meningkatkan intelektual; f ) meningkatkan kreativitas; g) meningkatkan kemampuan literasi tinggi. Adapun Sasaran kurikulum wajib baca adalah peserta didik di sekolah
Pelaksanaan kurikulum wajib baca perlu melibatkan semua pihak, bukan hanya sekolah dan orang tua, tetapi pelibatan publik mutlak diperlukan. Selain itu, kurikulum wajib baca juga perlu menyesuaikan dengan SPM, khususnya untuk jumlah buku (di SMP minimal ada 200 judul buku pengayaan dan 20 judul buku referensi. Selain itu, dalam Kurikulum 2013, peserta didik SMP wajib menyelesaikan minimal 12buku nonpelajaran/pengayaan).
Kurikulum wajib baca juga mempertimbangkan tiga tahap literasi, yakni pembiasaan (belum ada tagihan), pengembangan (ada tagihan nonakademik), dan pembelajaran (ada tagihan akademik). Dalam ketiga tahap literasi tersebut, kurikulum wajib baca dapat terwujud dalam beberapa kegiatan








                                                                    BAB II
            MODEL PENERAPAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS)
I. GBL  Kabupaten Sidoarjo
                 Sidoarjo telah mencanangkan program Gerakan Budaya Literasi bahkan dalam waktu dekat perbub tentang Literasi akan dikeluarkan .Sidoarjo telah mencetak sejarah dengan kegitan seribu siswa membaca di alun alun sidoarjo dan berhasil mencetak Rekor muri.Berdasarkan Alasan diatas maka SMPN 2 Wonoayu ikut berpartisipasi dan berperan serta dalam menumbuh kembangkan budaya Literasi di SMPN2 WONOAYU.
              GBL telah berkarya nyata untuk kabupaten Sidoarjo dengan berlandaskan beberapa hal yang dimaksud antara lain:
Ø  Sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.
Ø  Permendikbud No`28 tahun 2016 tentang Kemampuan dalam Mengakses, Memahami, dan Menggunakan Informasi Secara Cerdas
Ø  Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
Ø  Perbup kabupaten Sidoarjo no 104 th2017 tentang Literasi
                        Kegiatan wajib yang dilakukan membaca buku non-pelajaran setiap hari.
Tahapan kegiatan pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran,Sasaran dalam gerakan ini adalah siswa, guru, dan tenaga kependidikan Tujuan menumbuhkan kebiasaan yang baik dan membentuk generasi berkarakter positif.

2.2. Apakah itu Literasi ?
             Literasi lebih dari sekedar membaca dan menulis. Literasi juga mencankup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya”. (UNESCO, 2003). Tahapan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
 March 20, 2016.

Kegiatan literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003).

Deklarasi UNESCO itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Kemampuankemampuan itu perlu dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.

Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.

Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan asesmen agar dampak keberadaan Gerakan Literasi Sekolah dapat diketahui dan terus-menerus dikembangkan. Gerakan Literasi Sekolah diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan.

Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi.

Clay (2001) dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:


1. Literasi Dini [Early Literacy (Clay, 2001)], yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.

2. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.

3. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.

4. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.

5. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam prak- tiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.

6. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benarbenar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.

Menurut Beers (2009), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat diprediksi. Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis saling beririsan antartahap perkembangan. Memahami tahap perkembangan literasi peserta didik dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan mereka.

b. Program literasi yang baik bersifat berimbang Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, strategi membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Program literasi yang bermakna dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan bacaan kaya ragam teks, seperti karya sastra untuk anak dan remaja.

c. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di semua mata pelajaran sebab pembelajaran mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian, pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru semua mata pelajaran.

d. Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun Misalnya, menulis surat kepada presiden atau membaca untuk ibu merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.

e. Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan Kelas berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini juga perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan pandangan.

f. Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar mereka dapat terpajan pada pengalaman multikultural.

Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literasi, Beers, dkk. (2009) dalam buku A Principals Guide to Literacy Instruction, menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah.

a. Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi sebaiknya memajang karya peserta didik dipajang di seluruh area sekolah, termasuk koridor, kantor kepala sekolah dan guru. Selain itu, karyakarya peserta didik diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik. Selain itu, peserta didik dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain di Sudut Baca di semua kelas, kantor, dan area lain di sekolah. Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta didik akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya literasi.

b. Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah.

c. Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan akademik.

































BAB III
PROGRAM GERAKAN LITERASI SEKOLAH

                                Program Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan).
Berikut ini tahapan Gerakan Literasi Sekolah
1. Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi peserta didik.

Tahapan
Kegiatan
PEMBIASAAN
9Belum ada tagian
1.Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring  (read aloud ) atau seluruh warga sekolah membaca dalam hati .

2.Membangun Lingkungan fisik sekolah yang kaya literasi antara lain:
(1) menyediakan perpustakaan sekolah,sudut baca dan area baca yang nyaman,(2) pengembangan sarana lain  (UKS,Kantin,kebun Sekolah.(3) penyediaan koleksi teks cetak,visual,digital maupun multimodal yang mudah diakses oleh seluruh warga sekolah (4) Pembuatan bahan kaya teks (Print rich material).

2. Tahap ke-2: Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan (Anderson & Krathwol, 2001).






PENGEMBANGAN
KEGIATAN
Ada tagihan Sederhana untuk penilaian non akademik                                   
1.Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring  (read aloud ) atau seluruh warga sekolah membaca dalam hati ,membaca bersama atau membaca terpadu diikuti kegiatan lain  dengan tagihan non akademik,
Contoh membuat peta cerita (story map)menggunakan graphic organism,bincang buku
2.Mengembangkan Lingkungan Fisik,sosial ,afektif sekolah yang kaya literasi dan menciptakan ekosisitem sekolah yang menghargai keterbukaan dan kegemaran terhadap pengetahuan dengan berbagai kegiatan,antara lain:
(a) memberikan penghargaan kepada capaian perilaku positif,kepedulian sosial dan semangat belajar peserta didik; penghargaan ini dapat dilakukan pada setiap upacara bendera hari senin atau peringatan hari besar nasional (b) Kegiatan kegiatan akademik lain yang mendukung teciptanya budaya literasi disekolah misalnya belajar dikebun sekolah,belajar dilingkungan luar kelas,wisata perpustakaan kota/daerah dan taman bacaan masyarakat.

3.Pengembangan kemampuan Literasi.
 Hal ini bisa dilakukan melalui perpustakaan sekolah atau sudut baca kelas dengan berbagai kegiatan antara lain (a) membacakan buku dengan nyaring,membaca dalam hati membaca bersama (shared reading ),membaca terpadu (guided reading)menonton film pendek atau membaca teks visual/digital ( )contohnya materi dari internet.(b) pesera didik merespon teks fiksi dan non fiksi melalui kegiatan sederhanan seperti menggambar,membuat peta konsep,berdiskusi dan berbincang tentang buku



3. Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran (cf. Anderson & Krathwol, 2001). Dalam tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran). Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran yang dapat berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu sebanyak 6 buku bagi siswa SD, 12 buku bagi siswa SMP, dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. Buku laporan kegiatan membaca pada tahap pembelajaran ini disediakan oleh wali kelas.

TAHAPAN
KEGIATAN
Pembelajaran (Ada tagihan akademik )
1.Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring  (read aloud ) atau seluruh warga sekolah membaca dalam hati ,membaca bersama atau membaca terpadu diikuti kegiatan lain  dengan tagihan non akademik,dan akademik
2.Kegiatan literasi dalam pembelajaran,disesuaikan dengan tagihan kurikulum 2013
3. Melaksanakanberbagai strategy untuk memahami teks dalam semua pelajaran  (Misalnya Dengan menggunakan graphic organizers)
4.Menggunakan Lingkungan Fisik,sosial afektif dan akademil disertai beragam bacaan (cetak sosialaudiitory,digital) yang kaya literasi diluar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.


Sumber buku: Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

http://dikdas.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/03/Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah1.pdf

LAMPIRAN

 FOTO KEGIATAN LITERASI (SPEED READING )

Rounded Rectangle: Perpustakaan pojok kelas
Down Arrow Callout: Guru menjelaskan teori speed reading
Down Arrow Callout: Guru memberikan instruksi kepada siswa mulai membaca
Down Arrow Callout: Guru menayakan ketercapaian siswa dalam membaca selama 1 menit
Down Arrow Callout: Menanyakan isi bacaan dari buku yang dibaca siswa
Down Arrow Callout: Memreferensi buku yang dibaca siswa dalaKegiatan Literasi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar