
PROGRAM KERJA
GERAKAN LTERASI SEKOLAH
SMPN 2 WONOAYU
(PERIODE 1 Januari
s/d 31 Desember 2016 )
OLEH
LILIK MASRUKHAH.M.Pd
NIP.19730424 2008012011
SMPN2 WONOAYU
KEC.WONOAYU
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KAB. SIDOARJO
SMP N 2 WONOAYU
JL.Ry.Becirongengor no 1 -wonoayu
2016
SURAT REKOMENDASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : D rs.H.Suwarno, M.M
NIP : 19600208 198403 1
004
Pagkat/gol : PEMBINA Tk. I/IV-a
Jabatan : KEPALA SMP NEGERI 2 WONOAYU
Memberikan
rekomendasi kepada:
Nama : LILIK MASRUKHAH,
M.Pd.
NIP : 19730424 200801 2
011
Pagkat/gol : PENATA /III-c
Unit Kerja : SMP NEGERI 2 WONOAYU
NUPTK : 6334 7516 5230 0023
Bahawa penulisan buku pedoman
guru ini Sebagai Karya Gagasan Ilmiah
Guru.Sebagai Rencana Kerja GLS (Gerakan Literasi sekolah ).
Demikian Surat Rekomendasi ini dibuat untuk
digunakan sebagaimana mestinya.
Wonoayu,
02 Januari 2016
Kepala SMP Negeri 2 Wonoayu
Drs.H.Suwarno, M.M
NIP 19600208 198403 1 004
KATA PENGANTAR
Puji syukur
Alhamdulillah ,saya panjatkan kehadiran Allah SWT yang dengan pertolongannya
kami dapat menyelesaikan konsep proposal kegiatan ini. Yang dimana kami
bermaksud mengadakan acara Sharing “Gerakan Literasi Sekolah”di SMPN 2 WONOAYU .Sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan
literasi dalam satu tahun kedepan.
Semoga program kerja Literasi yang cukup singkat ini
mampu memberikan arah dan petunjuk pelaksanaan Literasi baik bagi wali
kelas,bagi Guru serta peserta didik pada kususnya dan warga sekolah pada
umumnya.
NO one is
perfect maka saran kritik dan perbaikan dari penyusuan program literasi ini
sangat penulis harapkan
Wonoayu ,2 Januari 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR
BELAKANG
Membaca bagi sebagian masyarakat sudah menjadi budaya. Bahkan
sebagian kecil masyarakat membaca merupakan kebutuhan. Jenis bacaanpun beragam
mulai dari buku pelajaran dan buku fiksi seperti novel dan dongeng. Dan untuk
zaman digital sekarang ini masyarakat sudah sangat dimudahkan dengan
kecanggihan teknologi karna dapat membaca buku melalui e-book yang disediakan
oleh smartphone dengan cara mengunduh baik yang gratis maupun berbayar.Walaupun media untuk membaca sekarang ini sudah sangat
beragam namun jika masyarakat dari usia terkecil seperti siswa SD tidak
ditanamkan untuk gemar membaca maka kebiasaan membacapun dapat hilang dengan
sendirinya. Sebagai negara yang konsen mengenai pendidikan anak negerinya
melalui Dinas dan diteruskan ke sekolah-sekolah, pemerintah menggalakan program
“ Gerakan Literasi Sekolah” untuk menumbuhkan minat kembang baca siswa-siswinya
yang melalui guru-gurunya. SDIT Akmala yang juga konsen mengenai minat kembang
membaca bermaksud mengadakan Workshop “ Gerakan Literasi Sekolah” kepada jajaran
guru-guru agar bisa menumbuhkan minat baca siswa-siswinya
1.2.TUJUAN KEGIATAN
Tujuan
kegiatan “Gerakan Literasi Sekolah” adalah :
1. Menumbuhkan
minat baca siswa
2. Meningkatkan
kualitas pengetahuan siswa melalui sumber bacaan
3. Memupuk
kedisiplinan kreativitas dan prestasi dari buku yang dibaca
4. Membangun
sikap menghargai karya melalui buku bacaan
5. Menambah
pengalaman, kecakapan dan keterampilan yang berguna bagi diri sendiri
dan lingkungan sekitar.
6. Teknik
membaca
7. Teknik
menulis review
8. Teknik
persentasi diskusi
9. Program
literasi skolah
10. Pemanfaatan
perpustakaan
1.3 Mengapa Perlu Literasi DI Indonesis







1.4.Manfaat
Literasi merupakan
keterampilan penting dalam hidup. Sebagian besar proses pendidikan bergantung
pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri
peserta didik memengaruhi tingkat keberhasilannya, baik di sekolah maupun dalam
kehidupan bermasyarakat.
Hal yang paling mendasar
dalam praktik literasi adalah kegiatan membaca. Keterampilan membaca merupakan
fondasi untuk mempelajari berbagai hal lainnya. Kemampuan ini penting bagi
pertumbuhan intelektual peserta didik. Melalui membaca peserta didik dapat
menyerap pengetahuan dan mengeksplorasi dunia yang bermanfaat bagi
kehidupannya.
Membaca
memberikan pengaruh budaya yang amat kuat terhadap perkembangan literasi
peserta didik. Sayangnya, sampai saat ini prestasi literasi membaca peserta
didik di Indonesia masih rendah, berada di bawah rata-rata skor internasional.
Dari laporkan hasil studi yang dilakukan Central Connecticut State University
di New Britain, diperoleh informasi bahwa kemampuan literasi Indonesia berada
pada peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei (Jakarta Post, 2016).
Rendahnya
literasi membaca tersebut akan berpengaruh pada daya saing bangsa dalam
persaingan global. Kemampuan literasi sangat penting untuk keberhasilan
individu dan negara dalam tataran ekonomi berbasis pengetahuan di percaturan
global pada masa depan (Miller, 2016). Hal ini memberikan penguatan bahwa
kurikulum wajib baca penting untuk diterapkan dalam pendidikan di Indonesia.
Manual ini diharapkan dapat memberikan fondasi dan arahan bagi SMP dalam
menerapkan kurikulum wajib baca. Tidak tertutup kemungkinan contoh-contoh yang
tersaji di sini dapat dikembangkan lagi sehingga SMP menjadi semakin kreatif
dan novatif.
Tujuan kurikulum wajib baca adalah
sebagai berikut: a) membentuk budi pekerti luhur; b) mengembangkan rasa cinta
membaca; c) merangsang tumbuhnya kegiatan membaca di luar sekolah; d) menambah
pengetahuan dan pengalaman; e) meningkatkan intelektual; f ) meningkatkan
kreativitas; g) meningkatkan kemampuan literasi tinggi. Adapun Sasaran
kurikulum wajib baca adalah peserta didik di sekolah
Pelaksanaan
kurikulum wajib baca perlu melibatkan semua pihak, bukan hanya sekolah dan
orang tua, tetapi pelibatan publik mutlak diperlukan. Selain itu, kurikulum
wajib baca juga perlu menyesuaikan dengan SPM, khususnya untuk jumlah buku (di
SMP minimal ada 200 judul buku pengayaan dan 20 judul buku referensi. Selain
itu, dalam Kurikulum 2013, peserta didik SMP wajib menyelesaikan minimal 12buku
nonpelajaran/pengayaan).
Kurikulum
wajib baca juga mempertimbangkan tiga tahap literasi, yakni pembiasaan (belum
ada tagihan), pengembangan (ada tagihan nonakademik), dan pembelajaran (ada
tagihan akademik). Dalam ketiga tahap literasi tersebut, kurikulum wajib baca
dapat terwujud dalam beberapa kegiatan
BAB II
MODEL PENERAPAN GERAKAN LITERASI
SEKOLAH (GLS)
I. GBL Kabupaten Sidoarjo
Sidoarjo telah mencanangkan
program Gerakan Budaya Literasi bahkan dalam waktu dekat perbub tentang
Literasi akan dikeluarkan .Sidoarjo telah mencetak sejarah dengan kegitan
seribu siswa membaca di alun alun sidoarjo dan berhasil mencetak Rekor
muri.Berdasarkan Alasan diatas maka SMPN 2 Wonoayu ikut berpartisipasi dan
berperan serta dalam menumbuh kembangkan budaya Literasi di SMPN2 WONOAYU.
GBL telah berkarya nyata untuk
kabupaten Sidoarjo dengan berlandaskan beberapa hal yang dimaksud antara lain:
Ø Sebuah
upaya yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan
sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat
melalui pelibatan publik.
Ø Permendikbud No`28 tahun 2016 tentang Kemampuan dalam Mengakses,
Memahami, dan Menggunakan Informasi Secara Cerdas
Ø Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti
Ø Perbup kabupaten Sidoarjo no 104 th2017 tentang Literasi
Kegiatan wajib yang
dilakukan membaca buku non-pelajaran setiap hari.
Tahapan
kegiatan pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran,Sasaran dalam gerakan ini
adalah siswa, guru, dan tenaga kependidikan Tujuan menumbuhkan kebiasaan yang baik dan membentuk
generasi berkarakter positif.
2.2. Apakah itu Literasi ?
Literasi lebih dari sekedar
membaca dan menulis. Literasi juga mencankup bagaimana seseorang berkomunikasi
dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang
terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya”. (UNESCO, 2003). Tahapan
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
March 20, 2016.
Kegiatan literasi selama
ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Namun, Deklarasi Praha pada
tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga mencakup bagaimana seseorang
berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan
sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003).
Deklarasi UNESCO itu juga
menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk
mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif
dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi
berbagai persoalan. Kemampuankemampuan itu perlu dimiliki tiap individu sebagai
syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak
dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.
Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau
kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta
didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite
Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa,
masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia
usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan
kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa
pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15
menit membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang
disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca
terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran
(disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa
perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.
Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal,
dilakukan asesmen agar dampak keberadaan Gerakan Literasi Sekolah dapat
diketahui dan terus-menerus dikembangkan. Gerakan Literasi Sekolah diharapkan
mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk
bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian
penting dalam kehidupan.
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup
keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak,
visual, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai
literasi informasi.
Clay (2001) dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf)
menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini,
literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan
literasi visual. Dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai
dasar pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya. Komponen literasi tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1. Literasi Dini [Early Literacy (Clay, 2001)], yaitu kemampuan
untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan
lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya
di rumah. Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu
menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
2. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan
dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan
informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi
(drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
3. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain,
memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan
koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai
klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan,
memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam
memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian,
pekerjaan, atau mengatasi masalah.
4. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk
mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media
elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan
memahami tujuan penggunaannya.
5. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan
memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware),
peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi.
Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak,
mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam prak- tiknya, juga pemahaman
menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan
dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan
program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena
perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola
informasi yang dibutuhkan masyarakat.
6. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat
lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan
kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan
audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang
tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan
ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di
dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benarbenar perlu disaring
berdasarkan etika dan kepatutan.
Menurut Beers (2009), praktik-praktik yang baik dalam gerakan
literasi sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang
dapat diprediksi. Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis
saling beririsan antartahap perkembangan. Memahami tahap perkembangan literasi
peserta didik dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan
pembelajaran literasi yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan mereka.
b. Program literasi yang baik bersifat berimbang Sekolah yang
menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap peserta didik
memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, strategi membaca dan jenis
teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan.
Program literasi yang bermakna dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan bacaan
kaya ragam teks, seperti karya sastra untuk anak dan remaja.
c. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum Pembiasaan dan
pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di semua mata
pelajaran sebab pembelajaran mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama
membaca dan menulis. Dengan demikian, pengembangan profesional guru dalam hal
literasi perlu diberikan kepada guru semua mata pelajaran.
d. Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun Misalnya, ‘menulis
surat kepada presiden’ atau ‘membaca untuk ibu’ merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.
e. Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan Kelas berbasis
literasi yang kuat diharapkan memunculkan berbagai kegiatan lisan berupa
diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini juga
perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir
kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan perasaan
dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan pandangan.
f. Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap
keberagaman Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi
di sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan
budaya Indonesia agar mereka dapat terpajan pada pengalaman multikultural.
Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya
literasi, Beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide
to Literacy Instruction, menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan
budaya literasi yang positif di sekolah.
a. Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi Lingkungan fisik
adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga sekolah. Oleh karena itu,
lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah
yang mendukung pengembangan budaya literasi sebaiknya memajang karya peserta
didik dipajang di seluruh area sekolah, termasuk koridor, kantor kepala sekolah
dan guru. Selain itu, karyakarya peserta didik diganti secara rutin untuk
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik. Selain itu, peserta didik
dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain di Sudut Baca di semua kelas,
kantor, dan area lain di sekolah. Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta
didik akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap
pengembangan budaya literasi.
b. Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model
komunikasi dan interaksi yang literat Lingkungan sosial dan afektif dibangun
melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah.
c. Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat
Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan
akademik.
BAB III
PROGRAM GERAKAN LITERASI SEKOLAH
Program Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan secara bertahap dengan
mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup
kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana,
prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung
lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang
relevan).
Berikut ini tahapan Gerakan Literasi Sekolah
1. Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di
ekosistem sekolah Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap
bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat
baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi peserta
didik.
Tahapan
|
Kegiatan
|
PEMBIASAAN
9Belum ada tagian
|
1.Lima belas menit
membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku
dengan nyaring (read aloud ) atau
seluruh warga sekolah membaca dalam hati .
|
2.Membangun Lingkungan
fisik sekolah yang kaya literasi antara lain:
(1) menyediakan
perpustakaan sekolah,sudut baca dan area baca yang nyaman,(2) pengembangan
sarana lain (UKS,Kantin,kebun
Sekolah.(3) penyediaan koleksi teks cetak,visual,digital maupun multimodal
yang mudah diakses oleh seluruh warga sekolah (4) Pembuatan bahan kaya teks
(Print rich material).
|
2. Tahap ke-2: Pengembangan minat baca untuk meningkatkan
kemampuan literasi Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan
kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir
kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan
menanggapi bacaan pengayaan (Anderson & Krathwol, 2001).
PENGEMBANGAN
|
KEGIATAN
|
Ada tagihan Sederhana untuk penilaian non akademik
|
1.Lima belas menit
membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku
dengan nyaring (read aloud ) atau
seluruh warga sekolah membaca dalam hati ,membaca bersama atau membaca
terpadu diikuti kegiatan lain dengan
tagihan non akademik,
Contoh membuat peta
cerita (story map)menggunakan graphic organism,bincang buku
|
2.Mengembangkan
Lingkungan Fisik,sosial ,afektif sekolah yang kaya literasi dan menciptakan
ekosisitem sekolah yang menghargai keterbukaan dan kegemaran terhadap
pengetahuan dengan berbagai kegiatan,antara lain:
(a) memberikan
penghargaan kepada capaian perilaku positif,kepedulian sosial dan semangat
belajar peserta didik; penghargaan ini dapat dilakukan pada setiap upacara
bendera hari senin atau peringatan hari besar nasional (b) Kegiatan kegiatan
akademik lain yang mendukung teciptanya budaya literasi disekolah misalnya
belajar dikebun sekolah,belajar dilingkungan luar kelas,wisata perpustakaan
kota/daerah dan taman bacaan masyarakat.
|
|
3.Pengembangan
kemampuan Literasi.
Hal ini bisa dilakukan melalui perpustakaan
sekolah atau sudut baca kelas dengan berbagai kegiatan antara lain (a)
membacakan buku dengan nyaring,membaca dalam hati membaca bersama (shared
reading ),membaca terpadu (guided reading)menonton film pendek atau membaca
teks visual/digital ( )contohnya materi dari internet.(b) pesera didik merespon
teks fiksi dan non fiksi melalui kegiatan sederhanan seperti
menggambar,membuat peta konsep,berdiskusi dan berbincang tentang buku
|
|
|
3. Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi Kegiatan
literasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan memahami
teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah
kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku
bacaan pengayaan dan buku pelajaran (cf. Anderson & Krathwol, 2001). Dalam
tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran).
Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 yang
mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran yang dapat berupa
buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal,
dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu sebanyak 6 buku bagi
siswa SD, 12 buku bagi siswa SMP, dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. Buku laporan
kegiatan membaca pada tahap pembelajaran ini disediakan oleh wali kelas.
TAHAPAN
|
KEGIATAN
|
Pembelajaran (Ada tagihan akademik )
|
1.Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam
pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring (read aloud ) atau seluruh warga sekolah
membaca dalam hati ,membaca bersama atau membaca terpadu diikuti kegiatan
lain dengan tagihan non akademik,dan
akademik
|
2.Kegiatan literasi dalam pembelajaran,disesuaikan dengan
tagihan kurikulum 2013
|
|
3. Melaksanakanberbagai strategy untuk memahami teks dalam
semua pelajaran (Misalnya Dengan
menggunakan graphic organizers)
|
|
4.Menggunakan Lingkungan Fisik,sosial afektif dan akademil
disertai beragam bacaan (cetak sosialaudiitory,digital) yang kaya literasi
diluar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.
|
Sumber
buku: Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
http://dikdas.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/03/Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah1.pdf
LAMPIRAN
FOTO KEGIATAN LITERASI (SPEED READING )
![]() ![]() |
![]() ![]() |
![]() ![]() |
![]() ![]() |
![]() ![]() |
![]() ![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar